Pada tulisan sebelumnya, salah satu cara yang disarankan halaman crisisprevention yang diharapkan dapat membantu mengurangi dan mencegah masalah bullying di sekolah, ialah memahami definisi bullying dan karakteristik yang mengarah atau termasuk pada perilaku tersebut. Dalam tulisan ini saya akan melanjutkan cara berikutnya, yaitu bahwa sekolah jangan melabeli atau memberi penilaian terhadap diri anak, melainkan hanya pada perilaku yang dilakukan anak.
Ketika guru dan staf memanggil anak yang melakukan aksi bullying atau korban, mereka serta merta melabeli atau memberikan penilaian negatif pada diri anak tersebut, yang nantinya justru dapat menyebabkan masalah di masa depan untuk anak tersebut. Sehingga, saat menangani perilaku anak, bersikaplah untuk tidak menghakimi.
Cari tahu apa yang sebenarnya terjadi sebelum memutuskan apakah kejadian tersebut termasuk kedalam kategori bullying atau tidak. Ingatlah bahwa setiap anak yang terlibat dalam kegiatan tersebut bisa jadi disebabkan beberapa faktor yang ada sebelumnya. Sehingga, mungkin ada alasan dibalik perilaku bullying yang dilakukan anak tersebut.
Untuk mengatasi masalah tersebut, libatkan anak yang melakukan bullying karena ia harus tahu bahwa tindakan yang ia lakukan terhadap temannya termasuk kedalam bullying.
Pastikan bahwa pelaku bullying tahu perilaku apa saja yang salah, mengapa itu salah, dan apa konsekuensinya jika berperilaku seperti itu. Namun, jika perilaku itu terus terjadi maka orang tua perlu dilibatkan.
Meski pada beberapa kasus yang dilaporkan, ada beberapa orang tua anak pelaku bullying justru mengatakan bahwa anak-anak mereka adalah korban karena dituduh melakukan tindakan bullying. Namun, saat mereka diberi pengertian dan pemahaman tentang perilaku seperti mengganggu kelas atau melecehkan siswa lain adalah termasuk kedalam kategori bullying, mereka menyadari bahwa perilaku tersebut perlu dihentikan.
Komentar
Posting Komentar