Langsung ke konten utama

Yang Merancang Istiqlal adalah Anak Pendeta

Presiden Ir. Soekarno mengadakan sayembara pembuatan desain maket Masjid Istiqlal. Sebanyak 22 dari 30 arsitek lolos persyaratan. Bung Karno sebagai Ketua Dewan Juri mengumumkan nama Friedrich Silaban dengan karya berjudul "Ketuhanan" sebagai pemenang sayembara. Bung Karno menjuluki F. Silaban sebagai "By the grace of God" karena memenangi sayembara itu. Menurut data nationalgeographic yang mengutip dari surat kabar Kompas edisi 21 Februari 1978, enam tahun setelah Masjid Istiqlal selesai dibangun, F. Silaban mengatakan bahwa arsitektur Istiqlal itu asli, tidak meniru dari mana-mana, tetapi juga tidak tahu dari mana datangnya. Patokan dalam merancang, menurutnya, hanyalah kaidah-kaidah arsitektur yang sesuai dengan iklim Indonesia dan berdasarkan apa yang dikehendaki orang Islam terhadap sebuah masjid. Kesederhanaan ide Silaban rupanya berbuah kemegahan.

Source image:youtube
Yang Merancang Istiqlal adalah Anak Pendeta. Ia bernama Friedrich Silaban, lahir di Bonandolok, Sumatera Utara, 16 Desember 1912. Meski hanya bersekolah di HIS Narumonda, Tapanuli, Sumatera Utara, dan Koningin Wilhelmina School, sebuah sekolah teknik di Jakarta, Kehidupannya terbilang cemerlang dan gemilang. Penganut Kristen Protestan dan anak seorang pendeta miskin itu telah melahirkan berbagai bangunan modern pada masanya dan hingga kini menjadi bangunan bersejarah. Salah satunya ialah Masjid Istiqlal yang megah sekaligus menjadi simbol kerukunan antarumat beragama di Indonesia, dan secara resmi digunakan tepat 38 tahun lalu atau pada tahun 1955. 
Tak berselang lama, Presiden Ir. Soekarno mengadakan sayembara pembuatan desain maket Masjid Istiqlal. Sebanyak 22 dari 30 arsitek lolos persyaratan. Bung Karno sebagai Ketua Dewan Juri mengumumkan nama Friedrich Silaban dengan karya berjudul "Ketuhanan" sebagai pemenang sayembara. Bung Karno menjuluki F. Silaban sebagai "By the grace of God" karena memenangi sayembara itu. 
Penanaman tiang pancang baru dilakukan pada tahun 1961 dan pembangunannya baru selesai 17 tahun kemudian. Sejak tanggal 22 Februari 1978, Masjid Istiqlal secara resmi digunakan. Jadi, setiap tanggal 22 Februari diperingati sebagai Hari Istiqlal. 
Menurut data nationalgeographic yang mengutip dari surat kabar Kompas edisi 21 Februari 1978, enam tahun setelah Masjid Istiqlal selesai dibangun, F. Silaban mengatakan bahwa arsitektur Istiqlal itu asli, tidak meniru dari mana-mana, tetapi juga tidak tahu dari mana datangnya. Patokan dalam merancang, menurutnya, hanyalah kaidah-kaidah arsitektur yang sesuai dengan iklim Indonesia dan berdasarkan apa yang dikehendaki orang Islam terhadap sebuah masjid. Kesederhanaan ide Silaban rupanya berbuah kemegahan. Jadilah masjid yang berdampingan dengan Gereja Katedral itu tampak seperti yang bisa kita lihat saat ini. 
Luas lahan tempat Masjid Istiqlal berdiri adalah 9,5 hektar yang diapit dua kanal Kali Ciliwung. Kubahnya berdiameter 45 meter, dan ditopang 12 pilar raksasa serta 5.138 tiang pancang dan dindingnya berlapis batu marmer putih. Di sebelah barat daya dibangun Air mancur besar yang melambangkan "tauhid." Dilengkapi menara setinggi 6.666 sentimeter, sesuai dengan jumlah ayat Al Quran, masjid itu mampu menampung 20.000 umat. Silaban membuat dinding sesedikit mungkin supaya angin leluasa masuk. Sehingga, udara di dalam masjid terasa begitu sejuk walau tanpa dilengkapi pendingin ruangan. Silaban ingin umat yang sembahyang di masjid itu seintim mungkin dengan Tuhan.

Buka sumber

Komentar

Postingan Terbaru