Film garapan Usmar Ismail yang berjudul Darah & Doa atau The Long March (of Siliwangi) terinspirasi dari kisah yang ditulis oleh sastrawan Sitor Situmorang tentang tentang para prajurit TNI Divisi Siliwangi yang melakukan perjalanan panjang (longmarch) dari Yogyakarta ke Jawa Barat. Perjalanan panjang penuh derita itu terpaksa dilakukan sebagai dampak perjanjian Renville yang merugikan Indonesia. Belanda lantas melaksanakan agresi yang dikenal dengan nama Agresi Militer Belanda II dengan menguasai Yogyakarta.
Image source:pikiran-rakyat.com
Namun fokus utama film ini bukanlah itu, tetapi kisah Kapten Sudarto (Del Juzar), yang ditampilkan dengan karakter bukan selayaknya sosok pahlawan yang heroik, melainkan sosok yang rapuh dan peragu. Dalam perjalanannya, dia terlibat cinta dengan dua orang perempuan. Padahal, sang kapten sudah beristri.
Namun film itu sejatinya bukanlah yang pertama bagi Usmar karena sebelumnya ia sudah pernah membuat dua film berjudul Harta Karun dan Tjitra. Meski begitu, menurut halaman Kompas yang mengutip sebuah artikel yang ditulis Usmar dalam majalah Intisari (no 1, th I 17 Agustus 1963), Usmar lebih senang menganggap Darah & Doa sebagai karya layar lebar pertamanya. .
Film tersebut telah mengukir sejarah penting karena merupakan layar lebar pertama yang diproduksi oleh rumah produksi milik Indonesia, Perusahaan Film Nasional Indonesia atau Perfini. meski, jika menilik agak jauh kebelakang, sebelumnya sudah ada film biru berjudul Loetoeng Kasaroeng (1926). Namun, film tersebut disutradarai oleh orang Belanda dan diproduksi ketika Indonesia belum merdeka alias masih dalam masa penjajahan.
Pada tanggal 30 Maret 1962, Konferensi Kerja Dewan Film Nasional dan Organisasi Perfilman menetapkan 30 Maret sebagai Hari Film Nasional, dengan alasan bahwa tanggal itu merupakan hari pertama pengambilan gambar film Darah & Doa (Long March of Siliwangi) pada tahun 1950, dan diperkuat dengan adanya Keppres Nomor 25 tahun 1999.
Buka sumber:
&
&
Komentar
Posting Komentar